Seperti yang telah saya share di tulisan
sebelumnya, saya memutuskan untuk menyapih si Kecil ketika usianya
menginjak usia 2 tahun. Saya pun mencoba mencari tahu berbagai seluk
beluk yang berkaitan mengenai menyapih anak. Berhubung ini merupakan
proses menyapih anak pertama saya, jadi saya sangat buta dengan hal ini.
Saya banyak mendapatkan referensi berbagai pengalaman Moms-Moms hebat
dari Sosial Media dan disinilah saya banyak menemukan berbagai metode
yang kiranya dapat saya praktekan dalam melalui proses menyapih ini.
Proses Menyapih pun Dimulai
Setelah saya menyiapkan mental
dan memiliki berbagai metode serta rencana cadangan apabila metode
pertama tidak berhasil, maka saya mulai mengajak si Kecil pelan-pelan
untuk berhenti menyusu. Saya sering mengatakan nya saat dia sedang
bermain, saat dia ingin tidur dan saat dia sedang menyusu. Hal ini terus
menerus saya ucapkan agar dia paham maksud saya. Sayapun juga tidak
segan memakai bahasa sehari-hari nya agar dia mengerti. Anak saya biasa
menyebut ketika ingin menyusu dengan kata "unge" saya pun tidak mengerti
kenapa bisa disebut unge. Akhirnya saya memakai kata itu untuk
memberitahu nya "Anak mama sayang sebentar lagi sudah besar ya, sudah
tidak unge lagi ya sayang, tapi mama tetap sayang kok" sembari memeluk
dan mencium dahinya.
Hari pertama menyapih tiba. Dari sekian
banyak sounding yang telah saya berikan ternyata hal ini tidak berhasil,
seakan dia tidak merelakan untuk menghentikan proses menyusui ini. Hari
pertama pun gagal.
Di hari kedua saya sudah siap untuk
menjalankan metode cadangan jika diperlukan. Dari berbagai metode yang
saya temukan di sosial media saya mendapatkan banyak metode, ada yang
memberikan rasa pahit di puting si Ibu seperti memberi getah dari akar
brotowali sampai memberi air cabai. Saya berpikir tidak akan melakukan
metode ini, karena saya tidak mau ada yang masuk atau dicicipi oleh si
Kecil, selain itu tidak enak dan mungkin saja berbahaya untuknya. Jadi
saya memutuskan untuk memberi warna di puting saya dengan pasta gigi.
Memang ini terkesan menipu diri sendiri dan si anak namun hal ini
terpaksa saya lakukan karena saya rasa hal inilah yang paling dapat
dimengerti anak saya.
Setiap dia ingin menyusu langsung segera
saya oleskan pasta gigi di dada saya, namun lama kelamaan pasta gigi ini
terasa panas Moms, akhirnya saya ganti dengan salep lain yang berwarna
putih, kali ini saya menggunakan Sudocream, karena warna nya putih dan
mudah untuk dibersihkan.
Benar saja, si Kecil terlihat jijik
untuk menyentuhnya. Sambil saya berkata "unge nya tidak enak lagi, kita
buat susu aja ya" hari kedua berhasil kita lalui tanpa menyusu. Namun
saat malam hari dia mengamuk karena ingin menyusu namun tidak saya beri.
Beruntung dihari ketiga si Kecil sudah dapat menerima untuk tidak
lagi menyusu. Walau terkadang dia masih menarik baju sekedar untuk
melihat warna putih yang masih ada di dada saya. Sekarang pun setelah
hampir sebulan proses menyapih ini kami lalui anak saya sudah dapat
meminta sendiri apabila dia ingin menyusu. Kata-kata nya pun sudah benar
"tutu tutu" sembari saya ucapkan dengan benar "susu... Mau susu ya
sayang?"
Nah demikian pengalaman saya menyapih si Kecil. Dalam
proses menyapih ini saya merasakan tidak ada drama yang berkepanjangan
karena kami berdua sudah sama-sama siap, bagaikan prajurit yang siap
untuk maju ke medan perang. Amunisi kami sudah sangat siap seperti
mental kami, metode dan juga peran serta ayah yang membuat proses ini
menjadi lebih mudah.
Kalau dipikir-pikir saya sampai lupa berapa hari tepatnya saya
menjalani proses menyapih ini, karena memang hal itu berjalan begitu
saja dan kami juga menikmati setiap prosesnya sebagai pembelajaran untuk
anak kami berikutnya.
Yang perlu Moms ingat setiap anak memiliki
keunikan dalam proses menyapih tersendiri dan setiap Moms pasti tahu
mana yang tepat dan terbaik untuk anaknya, tidak ada metode yang benar
dan yang salah dalam proses ini, hanya saja mana yang Moms rasa paling
cocok untuk si Kecil. Semoga sharing saya dapat memberikan manfaat untuk
Moms sekalian.
0 komentar:
Posting Komentar