Topik kali ini mungkin akan sedikit sensitif, tapi sebenarnya ini bagian
pembelajaran yang sering luput dari perhatian kita para orang tua. Maka
dari itu saya coba untuk menuangkan pengalaman tidak mengenakkan saya
selama bertetangga dalam topik ini, agar tidak ada lagi orang yang
merasakan hal seperti saya.
Singkat cerita, saya adalah pasangan muda yang sedang merintis hunian idaman kami. Maka tak heran kalau kami beberapa kali pindah untuk mencari rumah sewa yang nyaman untuk kami dan si Kecil tinggali.
Namun tidak jarang pula kami merasa terganggu dengan tetangga kami sendiri yang akhirnya membuat kesalah pahaman itu sendiri dimulai.
Hampir 2 tahun ini kami menempati rumah di cluster suatu daerah. Warga dari cluster kami ini memang tidak terlalu bercengkrama satu sama lain, namun kami beberapa kali tetap bertegur sapa jika hendak berpapasan.
Karena hampir sebagian dari warga cluster ini adalah ibu-ibu pekerja, maka banyak sekali anak yang dititipi oleh ART nya. Inilah yang mulai menjadi point yang perlu kita orang tua perhatikan kembali.
Untuk sekedar menggambarkan bentuk rumah kami, rumah kami memiliki teras yang cukup luas dibanding rumah kiri dan kanan kami, teras ini pun ditutupi oleh full canopi yang membuat kita yang duduk disana akan merasakan semilir angin. Nyatanya hal ini banyak mengundang orang untuk duduk-duduk disana yang jelas sekali ini sangat menggangu privasi kami sebagai tuan rumah, karena cluster kami tidak memiliki pagar maka orang dapat dengan leluasa untuk masuk dan duduk disana.
Suatu ketika, anak saya sedang mengalami sakit panas yang membuat tidur nya tidak nyaman. Saat akhirnya dia dapat tidur dengan pulas betapa kesal nya saya ketika mengetahui anak tetangga kami main dan teriak-teriak tepat didepan jendela kamar kami yang berada di teras. Akhirnya anak saya pun bangun dan nangis kembali. Hal itu pun sering sekali terjadi, awal nya saya membiarkan saja dengan harapan orang tua atau ART nya menyadari. Namun hampir sebulan kami tinggal disana hal itu pun terus terjadi.
Saya pun akhirnya mulai memberanikan diri untuk menegur ART tersebut yang sedang asyik "nge-rujak" di teras saya. Betapa kagetnya saya saat saya buka pintu, bukan nya mereka segan, mereka malah mengajak saya untuk ikutan ngerujak. Dimulai dengan basa-basi, saya pun membuka obrolan mengenai keberatan saya selama ini, tentunya dengan bahasa yang sopan.
Setelah saya mengatakan agar anak-anak mereka jangan main di teras saya lagi, malam nya si ibu dari anak tersebut menghubungi saya secara pribadi. Beliau meminta maaf atas kelakuan anak dan ART nya, saya pun memaklumi mungkin memang beliau tidak mengetahui nya.
Namun ternyata sejak saat itu sikap tetangga saya berbeda, nyatanya bukan saya saja yang merasakan nya suami pun merasakan demikian. Beliau sudah tak pernah menegur sapa lagi ketika berpapasan dengan saya, bahkan sering kali beliau memilih untuk pura-pura tidak melihat agar tidak harus bertegur sapa dengan saya. Saya pun bertanya-tanya. Untuk saya yang tipe perasa dan pemikir ini semakin menggangu saya, fikir saya bukankan itu tanggung jawab orang tua untuk mendidik anaknya sopan terhadap tetangga dan mendidik ART nya untuk menghargai privasi tetangga. Apakah saya salah jika menegur nya? Hal itu terus yang ada di benak saya.
Dari pengalaman saya ini, rasanya Moms sekalian bisa mengambil pembelajaran untuk sedikit peduli dengan tetangga sekitar kita. Karena saudara terdekat kita ya adalah tetanga kita, ketika kita butuh sesuatu mungkin orang yang akan pertama menolong adalah tetangga kita. Betapa indah nya jika kerukunan dan saling menghargai satu sama lain terjalin didalam nya.
Serta perhatikan juga pola sikap si Kecil agar mengerti etika dan sopan santun sedari kecil. Beri si Kecil pemahaman kalau dia tidak tinggal sendiri di tempat tersebut, ada banyak yang harus dijaga kenyamanan nya. Keluarga yang memiliki bayi, keluarga yang sedang sakit, dan banyak lagi yang harus kita peduli kan.
Dan yang tidak kalah penting adalah, beri arahan ART Moms agar dapat lebih peduli dengan si Kecil, tugas nya tidak hanya menjaga dan memberi makan saja. Tapi juga memberikan sikap mana yang baik dan mana yang buruk, mengajari sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Karena yang terjadi disini adalah ART dengan sesama ART malah asyik merumpi, sedangkan si anak majikan malah main diluar rumah. Jelas hal ini sangat berbahaya, ketika si Kecil main tanpa pengawasan.
Berprofesi menjadi orang tua yang bekerja boleh-boleh saja, tapi ingat perhatikan juga perubahan sikap si Kecil. Jangan terlena ketika si Kecil sudah bersama ART, serta berilah sedikit kepedulian mu terhadap tetangga, maka hidup kalian akan damai dan saling menyayangi satu sama lain.
Semoga pengalaman ini dapat membuka hati dan pikiran kita ini ya Moms agar hidup berdampingan tanpa merugikan satu sama lain.
0 komentar:
Posting Komentar