Minggu, 28 Februari 2021

Pengalamanku Operasi Wisdom Tooth Saat Masa Menyusui


 

 

Menjaga kesehatan gigi penting sekali hukumnya agar tidak terjadi masalah di kemudian hari. Namun nyatanya masalah yang timbul pada gigi tidak hanya gigi yang berlubang saja. Ada pula gigi geraham bungsu atau wisdom tooth yang tumbuh miring yang juga perlu diperhatikan, hal ini biasa disebut Impaksi atau gigi terpendam.

Biasanya apabila kita mengalami impaksi, gigi kita harus mendapatkan operasi kecil pada gigi.
Namun bagaimana jika hal ini terjadi pada ibu menyusui? Aman kah proses pencabutan ini dan obat-obatan yang digunakan untuk produksi ASI? Dalam artikel ini akan saya share dalam 3 tahapan persiapan, proses dan pasca operasi.

Impaksi pada gigi biasanya terjadi pada gigi geraham bungsu atau Wisdom Tooth yang tumbuh belakangan, biasanya gigi ini tumbuh di usia 17-25 tahun. Karena Gigi ini merupakan gigi terakhir yang tumbuh, tidak jarang gigi ini tumbuh tidak lurus sempurna dan sering kali tumbuh miring menabrak gigi sampingnya atau tumbuh tertahan di dalam gusi karena kurangnya tempat untuk tumbuh.

 

Tahapan menjalani operasi wisdom tooth


1. Persiapan

Belakangan ini saya sering sekali merasakan nyeri pada gigi geraham bungsu sampai rasa nyeri ini membuat kepala saya pusing sebelah atau migrain. Karena tidak kuat dan takut terjadi hal yang lebih serius akhirnya saya memutuskan untuk mengontrol gigi tersebut.

Setelah dokter memeriksa nya, ternyata saya memiliki impaksi dan lubang pada gigi. Dokter pun menjadwalkan untuk operasi pencabutan seminggu kemudian. Sebelumnya saya juga diharuskan untuk melakukan rontgen gigi dan tes gula darah.

 

 

Hasil rontgen gigi yang harus dicabut

 

 

2. Proses operasi wisdom tooth

Pada hari operasi pencabutan akan dilaksanakan saya disarankan untuk makan dulu sebelumnya, karena setelah operasi kita tidak diperbolehkan untuk makan dan berkumur sesudahnya. Bahkan untuk membuka mulut saja sulit. Operasi pun dimulai, saya diberikan suntikan bius lokal tepat dibagian gigi yang akan dicabut. Hal ini membuat bagian rahang, dan pipi pada bagian tersebut kebas.

Selama proses berlangsung suasana relax sangat diperlukan untuk membuat si pasien dan dokter relax dalam menjalani proses ini karena mengingat operasi ini terbilang cukup rumit. Saat operasi berlangsung saya tidak merasakan nyeri sama sekali namun saya dapat merasakan tulang gigi saya ditarik. Operasi wisdom tooth ini berlangsung selama kurang lebih 30 menit.

Setelah gigi berhasil tercabut, dokter akan menjahit bagian gusi yang berlubang tersebut. Dan memberikan kassa dengan betadine yang harus digigit selama satu jam. Setelah 1 jam kassa tersebut harus diganti dengan kassa baru dan harus digigit lagi. Hal ini saya lakukan sampai 2 hari setelahnya, selama darah masih keluar.

Setelah selesai pencabutan juga kita tidak diperbolehkan berkumur atau meludah karena hal ini bermaksud untuk membuat gumpalan darah pada gusi. Usahakan makan yang mudah untuk dikunyah seperti bubur, dan jangan makan minum yang panas ataupun hangat selama darah belum berhenti. Dan yang paling penting istirahat yang cukup serta minum obat yang dokter berikan.

 

3. Pasca Operasi

Usahakan untuk langsung pulang dan beristirahat, lalu segera minum obat yang diberikan agar tidak terasa nyeri setelah bius hilang. Hindari menyikat gigi dibagian operasi dan jangan berkumur terlalu keras agar jahitan tidak rusak. Setelah keesokan hari nya pipi mungkin akan terlihat bengkak, hal ini terjadi sampai hari 3 dan mulai mengempis dihari ke4 dan ke5. Setelah seminggu, benang pada gusi pun dicabut disinilah kita dapat makan dengan normal.

Untuk kita sebagai ibu menyusui ini sempat membuat saya khawatir, ternyata hal ini tidak membahayakan dan obat yang digunakan juga tidak mengganggu produksi ASI. Namun ada baiknya Moms mengatakan kepada dokter kondisi Moms sedang menyusui agar lebih aman untuk obat yang diberikan.

Dokter pun menyarankan walaupun obat-obatan ini terbilang aman, tetap usahakan susuilah terlebih dahulu si Kecil sebelum meminum obat tersebut.

 

Share:

Proses Menyapih si Kecil Serta Berbagai Persiapannya Part 2

 


 

Seperti yang telah saya share di tulisan sebelumnya, saya memutuskan untuk menyapih si Kecil ketika usianya menginjak usia 2 tahun. Saya pun mencoba mencari tahu berbagai seluk beluk yang berkaitan mengenai menyapih anak. Berhubung ini merupakan proses menyapih anak pertama saya, jadi saya sangat buta dengan hal ini. Saya banyak mendapatkan referensi berbagai pengalaman Moms-Moms hebat dari Sosial Media dan disinilah saya banyak menemukan berbagai metode yang kiranya dapat saya praktekan dalam melalui proses menyapih ini.

Proses Menyapih pun Dimulai



Setelah saya menyiapkan mental dan memiliki berbagai metode serta rencana cadangan apabila metode pertama tidak berhasil, maka saya mulai mengajak si Kecil pelan-pelan untuk berhenti menyusu. Saya sering mengatakan nya saat dia sedang bermain, saat dia ingin tidur dan saat dia sedang menyusu. Hal ini terus menerus saya ucapkan agar dia paham maksud saya. Sayapun juga tidak segan memakai bahasa sehari-hari nya agar dia mengerti. Anak saya biasa menyebut ketika ingin menyusu dengan kata "unge" saya pun tidak mengerti kenapa bisa disebut unge. Akhirnya saya memakai kata itu untuk memberitahu nya "Anak mama sayang sebentar lagi sudah besar ya, sudah tidak unge lagi ya sayang, tapi mama tetap sayang kok" sembari memeluk dan mencium dahinya.

Hari pertama menyapih tiba. Dari sekian banyak sounding yang telah saya berikan ternyata hal ini tidak berhasil, seakan dia tidak merelakan untuk menghentikan proses menyusui ini. Hari pertama pun gagal.

Di hari kedua saya sudah siap untuk menjalankan metode cadangan jika diperlukan. Dari berbagai metode yang saya temukan di sosial media saya mendapatkan banyak metode, ada yang memberikan rasa pahit di puting si Ibu seperti memberi getah dari akar brotowali sampai memberi air cabai. Saya berpikir tidak akan melakukan metode ini, karena saya tidak mau ada yang masuk atau dicicipi oleh si Kecil, selain itu tidak enak dan mungkin saja berbahaya untuknya. Jadi saya memutuskan untuk memberi warna di puting saya dengan pasta gigi. Memang ini terkesan menipu diri sendiri dan si anak namun hal ini terpaksa saya lakukan karena saya rasa hal inilah yang paling dapat dimengerti anak saya.

Setiap dia ingin menyusu langsung segera saya oleskan pasta gigi di dada saya, namun lama kelamaan pasta gigi ini terasa panas Moms, akhirnya saya ganti dengan salep lain yang berwarna putih, kali ini saya menggunakan Sudocream, karena warna nya putih dan mudah untuk dibersihkan.

Benar saja, si Kecil terlihat jijik untuk menyentuhnya. Sambil saya berkata "unge nya tidak enak lagi, kita buat susu aja ya" hari kedua berhasil kita lalui tanpa menyusu. Namun saat malam hari dia mengamuk karena ingin menyusu namun tidak saya beri.
Beruntung dihari ketiga si Kecil sudah dapat menerima untuk tidak lagi menyusu. Walau terkadang dia masih menarik baju sekedar untuk melihat warna putih yang masih ada di dada saya. Sekarang pun setelah hampir sebulan proses menyapih ini kami lalui anak saya sudah dapat meminta sendiri apabila dia ingin menyusu. Kata-kata nya pun sudah benar "tutu tutu" sembari saya ucapkan dengan benar "susu... Mau susu ya sayang?"

Nah demikian pengalaman saya menyapih si Kecil. Dalam proses menyapih ini saya merasakan tidak ada drama yang berkepanjangan karena kami berdua sudah sama-sama siap, bagaikan prajurit yang siap untuk maju ke medan perang. Amunisi kami sudah sangat siap seperti mental kami, metode dan juga peran serta ayah yang membuat proses ini menjadi lebih mudah.
Kalau dipikir-pikir saya sampai lupa berapa hari tepatnya saya menjalani proses menyapih ini, karena memang hal itu berjalan begitu saja dan kami juga menikmati setiap prosesnya sebagai pembelajaran untuk anak kami berikutnya.

Yang perlu Moms ingat setiap anak memiliki keunikan dalam proses menyapih tersendiri dan setiap Moms pasti tahu mana yang tepat dan terbaik untuk anaknya, tidak ada metode yang benar dan yang salah dalam proses ini, hanya saja mana yang Moms rasa paling cocok untuk si Kecil. Semoga sharing saya dapat memberikan manfaat untuk Moms sekalian.


Share:

Proses Menyapih si Kecil Serta Berbagai Persiapannya

 


Setelah berhasil memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan, saya memutuskan untuk terus melanjutkan pemberian ASI sampai usia si Kecil menginjak 2 tahun. Hal ini sesuai dengan anjuran WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menganjurkan agar si Kecil dapat menerima ASI hingga usianya 2 tahun. 

Lalu disaat usianya menjelang 2 tahun, saya pun mulai diliputi rasa cemas dengan bagaimana cara untuk menghentikan kegiatan menyusui ini. Walau mungkin sebenarnya ada beberapa dari Moms yang akan terus melanjutkan masa menyusui ini lebih dari 2 tahun.

Hal yang akan saya tuangkan dalam tulisan ini merupakan pengalaman yang akan saya share kepada Moms sekalian, mungkin akan ada Moms yang tidak setuju dengan metode yang saya pilih. Namun percayalah ternyata setiap anak memiliki metode yang berbeda dalam melalui proses ini, dan metode yang saya pilih tentu sudah saya perhitungkan baik-baik untuk kedepannya.
 

Berbagai Persiapan dalam Menyapih


Pada saat akan menyapih banyak hal yang perlu kita siapkan, hal ini berguna untuk memuluskan jalan kita menuju keberhasilan proses menyapih itu sendiri.
 

1. Mempersiapkan Mental Moms

Kenapa kita harus mempersiapkan mental dalam melalui proses ini? tentu saja, karena masa menyusui adalah moment yang sangat indah dimana ibu dan anak dapat merasakan bonding yang luar biasa. Hal ini pun yang membuat saya sempat maju mundur untuk memulainya. Namun yang harus Moms tanamkan baik-baik adalah ketika Moms siap anak pun akan siap, maka jangan menjadikan proses menyapih ini menjadi proses perpisahan. Karena mungkin proses menyusuinya akan berakhir namun cinta kasih Moms tidak akan pernah berakhir sampai kapan pun.
 

2. Persiapkan Diri si Kecil

Menghentikan menyusui secara tiba-tiba, ini sangat tidak dianjurkan ya Moms. Karena bayangkan saja kita tiba-tiba kehilangan rutinitas yang biasa kita lakukan sehari-hari, pasti akan sangat sedih dan bingung. Maka melakukan sounding dengan si Kecil adalah hal yang sangat penting untuk kita lakukan. Kita bisa memberi tahunya seperti ini, "Sayang kan sudah besar, anak pintar sekarang minum susu nya dari botol ya, bukan di Mama lagi. Susu Mama sudah tidak enak" atau "Sebentar lagi anak mama mau 2 tahun nih, itu artinya udah besar, kalau anak besar minum susu nya digelas ya kayak mama nih minumnya digelas" begitu terus yang saya lakukan, saya yakin lambat laun si Kecil akan menangkap maksudnya.
 

3. Mempersiapkan Solusi

Menghentikan tanpa memberi solusi itu adalah hal yang percuma. Moms harus mengganti kegiatan menyusui dengan hal lain. Hal yang saya pilih tentu dengan susu formula. Sehingga si Kecil merasa tidak terlalu berbeda, dia akan tetap mendapatkan susu hanya saja tidak lagi dari tubuh Moms.
Memilih susu formula pun ternyata perlu diperhatikan reaksi setelahnya, karena ada beberapa anak yang mungkin alergi dengan susu sapi maka dapat diberi dengan susu soya, ada pula anak yang tidak cocok dengan susu tersebut dan mengalami diare.
 

4. Mempersiapkan Metode Menyapih

Tentu beberapa metode sudah ada dalam pikiran saya, hanya saja mana yang akan dahulu kita eksekusi. Bahkan saya pun sudah memiliki plan B jika plan A gagal direalisasikan.


5. Mempersiapkan diri sang Ayah

Campur tangan suami dalam hal ini menurut saya sangat membuat hal ini menjadi lebih mudah. Moms jangan segan untuk meminta bantuan para suami untuk melaluinya bersama. Sekedar memintanya membuatkan susu formula untuk si Kecil atau sekedar menenangkan dan mengalihkan perhatian saat si Kecil meminta ASI hingga mengajaknya belajar tidur sendiri.


Karena proses menyapih ini memang cukup asik untuk dibahas, maka sharing ini akan saya lanjut ke Part Kedua, agar Moms tidak terlalu panjang membacanya.

Share:

Tetangga Mu Adalah Saudara Terdekat Mu






Topik kali ini mungkin akan sedikit sensitif, tapi sebenarnya ini bagian pembelajaran yang sering luput dari perhatian kita para orang tua. Maka dari itu saya coba untuk menuangkan pengalaman tidak mengenakkan saya selama bertetangga dalam topik ini, agar tidak ada lagi orang yang merasakan hal seperti saya.
 

Singkat cerita, saya adalah pasangan muda yang sedang merintis hunian idaman kami. Maka tak heran kalau kami beberapa kali pindah untuk mencari rumah sewa yang nyaman untuk kami dan si Kecil tinggali.
Namun tidak jarang pula kami merasa terganggu dengan tetangga kami sendiri yang akhirnya membuat kesalah pahaman itu sendiri dimulai.

Hampir 2 tahun ini kami menempati rumah di cluster suatu daerah. Warga dari cluster kami ini memang tidak terlalu bercengkrama satu sama lain, namun kami beberapa kali tetap bertegur sapa jika hendak berpapasan.

Karena hampir sebagian dari warga cluster ini adalah ibu-ibu pekerja, maka banyak sekali anak yang dititipi oleh ART nya. Inilah yang mulai menjadi point yang perlu kita orang tua perhatikan kembali.

Untuk sekedar menggambarkan bentuk rumah kami, rumah kami memiliki teras yang cukup luas dibanding rumah kiri dan kanan kami, teras ini pun ditutupi oleh full canopi yang membuat kita yang duduk disana akan merasakan semilir angin. Nyatanya hal ini banyak mengundang orang untuk duduk-duduk disana yang jelas sekali ini sangat menggangu privasi kami sebagai tuan rumah, karena cluster kami tidak memiliki pagar maka orang dapat dengan leluasa untuk masuk dan duduk disana.

Suatu ketika, anak saya sedang mengalami sakit panas yang membuat tidur nya tidak nyaman. Saat akhirnya dia dapat tidur dengan pulas betapa kesal nya saya ketika mengetahui anak tetangga kami main dan teriak-teriak tepat didepan jendela kamar kami yang berada di teras. Akhirnya anak saya pun bangun dan nangis kembali. Hal itu pun sering sekali terjadi, awal nya saya membiarkan saja dengan harapan orang tua atau ART nya menyadari. Namun hampir sebulan kami tinggal disana hal itu pun terus terjadi.

Saya pun akhirnya mulai memberanikan diri untuk menegur ART tersebut yang sedang asyik "nge-rujak" di teras saya. Betapa kagetnya saya saat saya buka pintu, bukan nya mereka segan, mereka malah mengajak saya untuk ikutan ngerujak. Dimulai dengan basa-basi, saya pun membuka obrolan mengenai keberatan saya selama ini, tentunya dengan bahasa yang sopan.

Setelah saya mengatakan agar anak-anak mereka jangan main di teras saya lagi, malam nya si ibu dari anak tersebut menghubungi saya secara pribadi. Beliau meminta maaf atas kelakuan anak dan ART nya, saya pun memaklumi mungkin memang beliau tidak mengetahui nya.

Namun ternyata sejak saat itu sikap tetangga saya berbeda, nyatanya bukan saya saja yang merasakan nya suami pun merasakan demikian. Beliau sudah tak pernah menegur sapa lagi ketika berpapasan dengan saya, bahkan sering kali beliau memilih untuk pura-pura tidak melihat agar tidak harus bertegur sapa dengan saya. Saya pun bertanya-tanya. Untuk saya yang tipe perasa dan pemikir ini semakin menggangu saya, fikir saya bukankan itu tanggung jawab orang tua untuk mendidik anaknya sopan terhadap tetangga dan mendidik ART nya untuk menghargai privasi tetangga. Apakah saya salah jika menegur nya? Hal itu terus yang ada di benak saya.

Dari pengalaman saya ini, rasanya Moms sekalian bisa mengambil pembelajaran untuk sedikit peduli dengan tetangga sekitar kita. Karena saudara terdekat kita ya adalah tetanga kita, ketika kita butuh sesuatu mungkin orang yang akan pertama menolong adalah tetangga kita. Betapa indah nya jika kerukunan dan saling menghargai satu sama lain terjalin didalam nya.

Serta perhatikan juga pola sikap si Kecil agar mengerti etika dan sopan santun sedari kecil. Beri si Kecil pemahaman kalau dia tidak tinggal sendiri di tempat tersebut, ada banyak yang harus dijaga kenyamanan nya. Keluarga yang memiliki bayi, keluarga yang sedang sakit, dan banyak lagi yang harus kita peduli kan.

Dan yang tidak kalah penting adalah, beri arahan ART Moms agar dapat lebih peduli dengan si Kecil, tugas nya tidak hanya menjaga dan memberi makan saja. Tapi juga memberikan sikap mana yang baik dan mana yang buruk, mengajari sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Karena yang terjadi disini adalah ART dengan sesama ART malah asyik merumpi, sedangkan si anak majikan malah main diluar rumah. Jelas hal ini sangat berbahaya, ketika si Kecil main tanpa pengawasan.

Berprofesi menjadi orang tua yang bekerja boleh-boleh saja, tapi ingat perhatikan juga perubahan sikap si Kecil. Jangan terlena ketika si Kecil sudah bersama ART, serta berilah sedikit kepedulian mu terhadap tetangga, maka hidup kalian akan damai dan saling menyayangi satu sama lain.
Semoga pengalaman ini dapat membuka hati dan pikiran kita ini ya Moms agar hidup berdampingan tanpa merugikan satu sama lain.

Share:

Moms and Dads, Lakukan Dua Hal Ini Jika Stress Melanda

 

 
 
Toxic Parenting yang menjadi pembahasan banyak orang saat ini merupakan hal yang tidak boleh disepelekan begitu saja. Pasalnya, jumlah kasus kekerasan pada anak di Indonesia baik fisik maupun verbal masih dalam tingkat yang cukup mengkhawatirkan. Sering kali kita jumpai pelaku utama dari kasus ini ialah orang tua si anak sendiri. Padahal, orang tua seharusnya memberikan kasih sayang pada si Kecil.

Kekerasan pada anak sangatlah berbahaya bagi perkembangan mental psikis si Kecil. Banyak sekali dampak buruk lantaran perilaku Toxic Parenting ini, seperti contohnya si Kecil tumbuh tidak percaya diri, si Kecil memiliki trauma masa kecil yang bukan tidak mungkin akan diulang saat nanti dirinya menjadi orang tua, sampai menanamkan rasa benci pada orang tua.

Perilaku ini lahir dari pengalaman buruk yang telah orang tua terima semasa kecil dulu. Trauma masa kecil itu pun mau tidak mau akan mempengaruhi pola pengasuhan si Kecil sekarang. Sementara penyebab lainnya adalah faktor himpitan kondisi orang tua itu sendiri, seperti contohnya ekonomi yang semakin sulit atau pun permasalahan rumah tangga. Jika keadaan ini tidak segera diatasi akan menimbulkan stress, yang pada akhirnya anak lah yang menjadi pelampiasannya.

Apa Itu Stress?

Stress merupakan situasi yang biasa terjadi pada tubuh akibat adanya tekanan, yang memberikan dampak kurang baik pada fisik dan mental orang yang mengalaminya. Respon yang akan terjadi pada diri orang yang mengalami stress berlebih adalah perubahan mood, emosi sulit terkontrol, mudah merasa cemas dan putus asa. Jika sudah mengalami hal tersebut respon yang terjadi pada tubuh ialah sulit bernafas, detak jantung lebih cepat, otot menjadi kaku, dan peningkatan tekanan darah.

Berikut tips yang dapat dilakukan untuk mengatasi stress, ini berguna pula untuk meminimalkan orang tua terperangkap dalam perilaku Toxic Parenting (tips menghindari toxic parenting).

  1.     Meminta Bantuan Orang lain

Saat stress melanda, seringkali kita menjadi diluar kendali dan ini sangat berbahaya. Ada baiknya saat Moms stress coba minta bantuan suami atau keluarga untuk mengurus si Kecil, sembari Moms meredam emosi. Namun jika tidak ada orang yang dapat dimintai bantuan, ada baiknya Moms menjauh sementara dari si Kecil sambil bernafas dalam dan menata emosi.

  1.     Bernafas

Bernafas merupakan salah satu tips mengatasi stress. Bernafas yang panjang dan dalam, selama beberapa detik cukup ampuh untuk meredam stress. Namun bernafas yang baik tentunya bernafas pada udara yang bersih dan segar.

 

Share:

Berdee D1, Rekomendasi yang Tepat Ala Mom Risya

 

 

Halo moms, aku hadir lagi nih mencoba untuk memberikan review mengenai perlengkapan yang kalau kata orang bilang sih must have banget untuk ibu menyusui, apalagi bagi working moms. Perlengkapan apa sih itu?? yups, sesuai dengan image yang tertera, pembahasan kali ini akan aku kupas tuntas mengenai Breastpump.

Nah, jadi ceritanya belakangan ini sahabatku tuh sering banget curhat kalau produksi ASInya tiba-tiba menurun. Padahal usia si Kecil masih butuh waktu yang panjang untuk menyelesaikan ASI Ekslusif hingga 6 bulan. Kalau dari cerita Beliau, Breastpump yang ia gunakan sekarang kurang membuatnya nyaman. Sehabis pumping, ASI nyatanya tidak benar-benar terpompa habis, mungkin ini yang menjadikan produksi ASI tidak bekerja secara maksimal. Karena yang kita ketahui, semakin sering mengosongkan PD maka semakin cepat pula PD memproduksi ASI baru. Oleh sebab itu, aku merekomendasikannya Berdee Baby Breastpump dengan tujuan agar sahabatku juga dapat memberikan ASI pada si Kecil hingga masa ekslusif ASI nya selesai.

 

Kenapa sih aku merekomendasikan Berdee D1? Karena Pompa ASI Berdee D1 ini memiliki double motor pada unitnya, inilah solusi dari permasalahan yang biasa terjadi pada ibu menyusui. Berdee D1 dapat membantu dalam mengosongkan PD secara maksimal, sekaligus mempersingkat waktu pemompaan. Selain itu Berdee D1 juga memiliki beberapa fitur unggulan, seperti;

 

 

sumber: berdeebaby.com


1. Mode Duet

Dengan mode duet ini fitur massage dan suction akan bekerja otomatis secara bergantian tanpa harus Moms pindahkan mode tersebut. Sangat praktis bukan!

2. Alarm Pengingat
Ketika Moms sibuk dan lupa untuk memompa, Moms tinggal nyalakan mode alarm yang tersedia agar sesi memompa tidak terlewat.



3. Sistem Lock dan paused

Moms dapat mengunci layar saat sedang digunakan untuk menghindari tombol tertekan saat digunakan. Serta fitur paused yang dapat Moms gunakan ketika ingin melakukan sesuatu tanpa harus mengulangnya dari awal lagi.

4. Mute atau silent mode

Memastikan suara tidak bising saat mempompa itu penting ya Moms agar si Kecil tidak terganggu saat tidur sekalipun.


sumber: berdeebaby.com


5. Vacuum Setting
 

Uniknya Berdee dapat diatur secara terpisah untuk vacuum pada setiap sisinya, dari Level 1 hingga Level 9.

6. Penunjang lainnya
Selain Breastpump nya yang kece punya, ternyata Berdee juga sudah memberikan Botol PPSU yang lebih awet, ketahan panas yang lebih oke dan juga tidak berbau, pastinya pula lebih aman digunakan untuk si Kecil.

Semoga dapat bermanfaat juga untuk moms yang sedang mencari merek Breastpump yang terbaik.

Share:

Mengasah Motorik si Kecil dengan Permainan Sederhana


T
ahukah Moms, ternyata permainan melatih motorik sangat bagus untuk perkembangan si Kecil? Dalam bermain tanpa disadari si Kecil sebenarnya juga belajar, seperti stimulasi sentuhan, warna dan suara. Banyak permainan juga berguna untuk melatih perkembangan motoriknya.

Motorik sendiri merupakan kemampuan gerak dan proses tumbuh kembang pada anak.
Proses tumbuh kembang ini berjalan bersamaan dengan proses pematangan otot dan syaraf pada anak. Jadi setiap permainan dan gerakan sederhana yang kita berikan sebenarnya sangat berguna untuk melatih sistem saraf, otot bahkan sampai pada ke otak si Kecil.

Motorik terbagi menjadi dua bagian, Motorik halus dan Motorik Kasar.
1. Motorik Halus adalah gerak yang meliputi otot kecil yang dikoordinasikan melalui mata dan tangan. Pada anak dapat dilakukan dengan memberikan anak permainan melatih motorik halus seperti menyusun balok, mencoret-coret di kertas, menyusun puzzle dan memotong.

2. Motorik kasar adalah gerak yang meliputi seluruh anggota tubuh, seperti mulai belajar merangkak, duduk dan berjalan. Pada dasarnya hal yang akan dialami oleh si Kecil adalah motorik kasar terlebih dahulu kemudian diikuti motorik halus. Seperti halnya si Kecil dengan sendirinya dapat mulai berguling, merangkak bahkan berjalan, semua dapat berkembang sesuai kematangan fisik yang meliputi koordinasi semua anggota tubuh yang merupakan motorik kasar, sedangkan motorik halus perlu mendapatkan bantuan stimulasi lain agar dapat berkembang. Seperti misalnya si Kecil diberikan kertas untuk mencoret-coret, atau Moms mengajaknya berbicara semua itu hal-hal sederhana yang akan mengasah motoriknya.

Tapi perlu diingat Moms, motorik pada setiap anak berbeda-beda jadi jangan panik jika si Kecil belum bisa melakukan sesuatu di usianya.

Cara yang tepat untuk mengasah motorik anak adalah dengan mengajaknya bermain. Banyak permainan melatih motorik yang dapat Moms buat sendiri di rumah. Seperti misalnya untuk mengasah motorik anak yang baru belajar berjalan, Moms dapat memancing perhatiannya dengan mengarahkan mainan untuk memancingnya berjalan, sedangkan untuk mengasah motorik halus Moms bisa mengajaknya bernyanyi untuk mengasah kemampuan berbicaranya.

Apabila si Kecil mengalami keterlambatan motorik, sebaiknya Moms dapat segera mengonsultasikannya kepada dokter anak.  Karena apabila motorik halus atau motorik kasar terlambat tentu akan mengganggu perkembangan si Kecil ke depannya.

Share: